Biaya Pendaftaran Erraedu di Jln. Lanser, Jakasampurna Bekasi – Pendidikan menjadi modal penting buat kehidupan yang paling baik biar bisa menggapai dan harapan di masa depan, dan ialah jenjang yang mesti ditempuh oleh seluruh orang. Tidaklah mengherankan apabila saat ini banyak orang berlomba-lomba menganyam pendidikan setinggi mungkin dan negara mewajibkan mengikuti pendidikan. Berikut yaitu pejelasan berkenaan Homeschooling dan dengan perbedaan dengan sekolah formal.
Pengertian Homeschooling
Di zaman modern layaknya sekarang ini kita mengenal istilah homeschooling. Istilah yang berasal dari bahasa Inggris ini berarti yaitu sekolah rumah. Awal mula sistem pendidikan ini berakar dan tumbuh di Amerika serikat. Sebutan yang lain yaitu home based learning, home education atau sekolah mandiri.
Sekolah rumah memang telah ada sejak dahulu, banyak tokoh-tokoh dunia yang melakukan pendidikan dirumah. Homeschooling ini di lakukan di bawah bimbingan orangtua dan guru pembimbing artinya keluarga memilih bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dengan menjalani pendidikan atau memakai rumahnya sebagai basis pendidikan. Di sekolah rumah orangtua terlibat langsung dalam memilih proses pendidikan, menentukan arah dan tujuan pendidikan tersebut.
Layaknya yang banyak kita ketahui, bahwa homeschooling telah jadi metode pendidikan alternatif bagi para keluarga saat ini ini. Kemungkinan juga andalah diantara yang memanfaatkan homeschooling. Pada peluang kali ini kita akan mengkaji apa itu homeschooling dan apa bedanya homeschooling dengan sekolah formal, disamping itu kita juga akan memperbandingkan berkaitan biaya homeschooling dengan sekolah formal. Pastikan anda menyimak artikel ini sampai habis tanpa meninggalkan satu katapun.
Dalam Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan sekolah-rumah dalam artian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini di kategorikan jadi jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – Sisidiknas No. 20/2003). Kegiatan pendidikan informal yang dijalankan oleh keluarga dan lingkungan berupa kerjaan belajar dengan cara mandiri. Kendati pemerintah tidak mengatur standard isi dan proses pelayanan pendidikan informal, akan tetapi hasil pendidikan informal di akui sama seperti pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal sesudah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standard nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2).
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 berkenaan Sisdiknas, pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pelatihan dan proses pembelajaran biar peserta didik secara aktif meningkatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang dimanfaatkan dirinya, warga, bangsa dan negara. Juga di terangkan sistem pendidikan nasional yaitu keseluruhnya komponen pendidikan yang sama-sama berkenaan dengan cara terpadu buat menggapai tujuan pendidikan nasional (pasal 1).
Belajar yaitu keperluan, bukan cuma buat sang anak, tetapi juga bagi bangsa. Tetapi beberapa anak punya kekurangan tertentu untuk bersekolah di sekolah konvensional. Einstein kecil, contohnya, ialah seorang anak dengan kekurangan tertentu. Jadi dia di keluarkan dari sekolah. Biar momen di DO-nya Eintein tidak terulang lagi, maka sekarang ini mulai berkembang pemikiran berkaitan sekolah alternatif. Salah-satunya ialah Home Schooling alias sekolah rumah. Sebagian contoh dari kalangan selebriti layaknya Neno Warisman, Kak Seto dan Nia Ramadhani memilih alternatif ini.
Banyak kalangan yang memiliki pendapat bahwa metode Homeschooling ini dapat menghambat potensi sosial anak. Lantaran anak di asumsikan akan kurang bergaul, kurang belajar bersosialisasi, kurang belajar menerima opini orang lain, atau kemahiran bekerja-sama. Anggapan itu jelas salah. Lantaran anak Home School malah dengan cara khusus dibuat untuk belajar dan mempraktikkan bagaimana bermasyarakat dengan cara baik dan betul.
School Home ini ialah kesibukan belajar di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Tetapi praktisi homeschooling Harmonis, bagian paling sulit dari proses homeschooling ini yaitu pelibatan orang tua. Walau sebenarnya orang tua lah yang lebih memilih keberhasilan homeschooling yang sebetulnya.
Pendidikan, terlebih peletakan dan pembangunan tata-nilai, pada dasar nya berpusat di dalam rumah. Dikarnakan itu, Home School Harmonis dengan cara berkala mengundang para orang tua sebagai mitra pengajar. Umumnya perjumpaan berlangsung hari Minggu. Ada anak yang bercita-cita mau jadi psikolog, contohnya, maka ia berasa tak perlu buat kursus fisika dan kimia. Permasalahannya, target kurikulum ini tidak bisa diacuhkan begitu saja. Maka homeschooling ini menyiasati dengan model pembelajaran interaktif.
Waktu belajar membuat tempe goreng, contohnya, siswa belajar jika kandungan air dalam adonan pembungkus tempe jadi kering dan habis sama-sekali pada suhu sekian; zat apa yang menjadikan gorengan jadi kering, dan sebagainya. Hingga peserta homeshooling pada akhirnya dapat mengikuti ujian kesetaraan, dan punya ijazah. Itu di akui pemerintah. Contoh lain waktu anak belajar menanam. Orang tua dapat mengajarkan anak mulai sejak bangun tidur dan kapan juga anak ingin belajar. Jadi belajar bukan lagi merupakan kewajiban tetapi telah jadi keperluan anak. Mereka memperoleh modul dan modul pembelajaran untuk orangtua. Maka dalam hal tersebut orangtua terjun langsung.
Apabila orang tua kekurangan info akademis, mereka dapat panggil tutor. Alokasi waktu dapat lebih banyak, dan belajar sangatlah membahagiakan buat mereka dikarnakan sebetulnya dilandasi oleh keperluan. Tetapi jika ke dua orang-tua kerja maka paling baik ke School Home komunitas. Sifatnya panduan. Dalam hal tersebut mereka harus ada di kegiatan komunitas.
Pendidikan bukan cuma masalah meningkatkan ilmu, pengetahuan di segala bidang, tapi ada hal yang perlu juga layaknya interaksi dengan teman-teman yang lain. Sosialisasi beberapa anak homeshooling sangatlah terjaga. Kita ajak mereka ke pasar. Kita kenalkan juga pada beberapa anak pasar. Kemudian kita bawa juga mereka ke alam yang terbuka dan ke rumah singgah. Yang lebih penting yaitu kita memberi kemandirian, adalah dalam belajar dan mengambil keputusan. Kita pun memberi wawasan perihal kewira usahaan. Maka mulai sejak dini mereka telah di latih bagaimana dapat berguna buat orang lain.
Di Indonesia ada homeschooling paket A sama dengan SD (Sekolah Dasar), paket B sama dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan paket C sama dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Homeschooling ini memberi masing-masing peserta didik kebebasan buat menentukan pelajaran, namun tidak lepas dari kurikulum. Disebabkan di ujung sana ada ujian kesetaraan. Seorang remaja yang berasa tidak nyaman di kelas 2 sekolah formal, contohnya, bisa pindah ke kelas 3 di homeshooling. Dikarnakan homeshooling ini ialah multiexit dan multientri. Gampang masuk dan gampang keluar. Legalitasnya sendiri pun telah di jamin oleh pemerintah.
Apabila kita artikan dari bahasa, Home Schooling bersasal dari bahasa Inggris dan terbagi dalam 2 kata adalah kata Home yang punya makna Rumah dan School yang bermakna Sekolah. Hingga Home Schooling ini bisa di artikan jadi Sekolah Rumah.
Sementara dari Homeschooling atau Sekolah Rumah yaitu metode pendidikan alternatif yang dilaksanakan di dalam rumah, dibawah pembimbingan orang tua atau panduan pendamping, dan tidak dikerjakan ditempat formal yang lain layaknya di sekolah swasta, sekolah negeri, atau di institusi pendidikan yang lain dengan model kesibukan belajar terstruktur dan kolektif.
Home Schooling ialah sekolah yang dijalankan di dalam rumah dibawah bimbingan dari tutor ataupun orangtua. Hal penting yang memicu pendidikan dirumah yaitu keperluan sang Anak. Ya ketidakpuasan orangtua pada sistem pendidikan yang berada di Negeri tercinta ini jadi diantara faktor besar yang melandasai HS ini.
Home Schooling ini bisa disimpulkan menjadi model pendidikan berbasiskan rumah, dengan orangtua jadi penanggung jawab aktif. Dan fokus pada peningkatan dan kebutuhan anaknya. Maka dalam hal inilah semua pendidikan yang diajarkan dalam home schooling baik model, metodenya paling fokus untuk kebutuhan anaknya seorang.
Maka Home Schooling sejauh ini bukan instansi, tetapi orang tua sendiri yang melakukan HS. Buat membuat lancar HS yang diadakan orangtua, layaknya soal-soal, materi dan hal yang lain. Orangtua bisa kerja sama juga dengan komunitas HS yang lain. Maka saran nya bersatulah dengan komunitas HS biar bisa meringankan dalam peningkatan belajar anaknya. Anda bisa cari informai berkaitan HS dikomunitas yang berada di seputar anda, apabila masih bingung coba hubungi atau mencari komunitas home Schooling memlalui internet.
Tujuan Home Schooling diprioritaskan pada perkembangan anak, buat bisa meningkatkan talenta dan potensi anak tersebut. Bahwa sejatinya orangtua telah mempunyai kemampuan untuk mendidik anak mulai sejak anak itu dari bayi, layaknya mengajarinya berbicara, berjalan dan hal yang lain. Home Schooling adalah kepanjangan dari pendidikan yang telah dilakukan mulai sejak kecil. Bahwa orangtua dapat untuk mendidik anaknya sesuai dengan talenta danpotensi nya.
Sesudah kita mengetahui sedikit pemahaman dari Home Schooling, saat ini kita akan coba buat cari tahu apa yang memperbedakan home schooling dengan sekolah formal ?
yang berbeda yaitu Standard Proses. Misalkan, sekolah formal masuk jam 7 dan pulang jam sekian. Ada aturan yang mesti di patuhi. Homeschooling ini tidak begitu. Lebih fleksibel. Disamping itu, Standard Sarana Prasana dan Standard Pendidik. Misalkan, gedung sekolah luasnya mesti sekian, ukuran kursi sekian, jumlah kursi sekain, dan lain-lain. Nah, homeschooling ini dapat belajar di tempat tidur, alam bebas, pasar, dan lain sebagainya. Guru di sekolah formal mesti S1, misalnya.
Bagaimana dengan homeschooling? Bisa S1, S2, mahasiswa yang menguasai bidangnya. Yang penting, Standard Kompetensi Lulusan tercapai. Apa lagi? Standard biaya. Sekolah dirumah tentunya tidak mahal, karena tidak ada seragam, uang sekolah, uang gedung, uang transportasi, dan lain-lain. Paling-paling uang akan di keluarkan ketika memanggil guru les. Buat pelajaran kelas 1 sampai 4 SD, orangtua umumnya masih ingat. Terakhir merupakan Standard Evaluasi. Anak-anak homeschooling pun mengikuti ujian nasional.
Memilih sekolah formal untuk anak untuk mendapat pendidikan tentu yaitu pertimbangan yang umum dijalankan para orangtua. Akan tetapi, jalur pendidikan informal layaknya homeschooling Indonesia pun layak memperoleh pertimbangan. Meskipun adalah sekolah informal, sistem pendidikan homeschooling tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan formal pada umumnya.
Kedua sistem sekolah itu memanfaatkan kurikulum yang di keluarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Hal itu disebabkan siswa program pendidikan homeschooling pun akan mengikuti ujian setara pendidikan formal. Disamping itu, kurikulum yang sama memungkinkan siswa homeschooling tidak akan kesulitan apabila nantinya mau mengikuti pendidikan di sekolah formal.
Di samping persamaan, ada juga ketidaksamaan antara keduanya. Ketidaksamaan kedua sistem pendidikan ini bisa di lihat dari cara atau proses pembelajaran yang diterapkan. Sekolah formal menetapkan jam masuk yang mesti di taati setiap siswa. Disamping itu, ada ketentuan berkaitan seragam dan peraturan yang diaplikasikan tiap-tiap sekolah.
Sekolah informal layaknya homeschooling ini cenderung lebih fleksibel dalam waktu belajar. Selama siswa siap untuk mengawali proses pembelajaran, maka kegiatan belajar-mengajar akan di mulai. Ketidaksamaan yang lain terletak pada sarana-prasarana. Sekolah formal ini mempunyai gedung dan ruang kelas yang di sesuaikan dengan jumlahnya murid.
Disamping lain, homeschooling ini tidak membutuhkan tempat khusus buat menjalani kegiatan belajar-mengajar. Homeschooling ini bisa dikerjakan dirumah maka murid berasa lebih nyaman belajar dilingkungan yang membuat mereka lebih rileks. Murid pun bisa memakai pakaian apapun selama sopan dan layak dipakai.
Pada saat ini, Anda sudah mendapat gambaran perbandingan kesamaan dan ketidaksamaan antara sekolah formal dan informal layaknya homeschooling Indonesia. Hal yang perlu Anda lakukan hanya memilih sistem dan lembaga pendidikan yang cocok bagi anak dan keluarga Anda.
Perbedaan Sekolah Formal dan Homeschooling Untuk Anak
Homeschooling adalah istilah asing yang bermakna belajar dirumah. Hal tersebut mengindikasi bahwa pembelajaran sesungguhnya dijalankan dirumah dan bukan di gedung sekolah. Istilah homeschooling ini pun di kenal menjadi sekolah mandiri. Proses pembelajarannya sesungguhnya cukup berbeda.
walau begitu, sekolah formal dan homeschooling sama-sama pendidikan yang mempunyai tujuan buat memberikan pembelajaran pada anak. Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal telah tampak jelas dari lingkup tempat belajar. Disamping itu, sekolah di rumah atau homeschooling pun melibatkan peran orangtua.
Berbeda halnya dengan sekolah formal yang biasa dikerjakan oleh anak pada umumnya. Sekolah formal bertanggungjawab seutuhnya saat anak mulai belajar di sekolah. Proses pembelajaran anak dan hasil belajar pun di urus oleh guru yang mengampu. Selanjutnya orangtua cuma perlu menerima hasilnya.
Inilah Ketidaksamaan Homeschooling dan Sekolah Formal
Bicara berkenaan sekolah mandiri atau homeschooling, suasana belajar dirumah dan di gedung sekolah akan berbeda. Lantaran, belajar dirumah pun melibatkan orangtua. Sedangkan di sekolah formal tidak ada keterlibatan orangtua. Dibawah ini ada sebagian ketidaksamaan antara sekolah formal dan homeschooling antara lain yakni sebagai berikut:
1. Fasilitas Pendidikan
Ketidaksamaan yang pertama bisa di lihat dari fasilitas pendidikan yang sudah disiapkan. Sekolah formal dari jenjang lebih bawah sampai ke atas punya fasilitas seperti sekolah. Contoh lapangan olahraga, perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan homeschooling yang tidak diperlengkapi dengan fasilitas itu. Kegiatan belajar sebetulnya cuma materi yang di perlukan pada jenjang itu. Pembelajaran layaknya praktik nampaknya tidak di ajaarkan. Fasilitas yang disiapkan pun sesuai dengan apa yang ada dirumah.
Sekolah formal ini mempunyai fasilitas yang komplit dan dapat dikatakan memadai buat perkembangan anak. Berbeda dengan model homeschooling yang lebih prefer pada fasilitas yang ada di rumah, semua tergantung dengan kelengkapan dari fasilitas rumah tersebut.
2. Model Belajar
Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal yang lainnya ialah jenis belajar. Telah jelas kalau keduanya punya model pembelajaran yang berbeda. Sekolah formal ini mempunyai model belajar yang berbeda untuk setiap guru.
Setelah itu di sesuaikan dengan mata pelajaran dan kurikulum yang ada. Berbeda halnya dengan homeschooling yang punya jenis belajar sesuai keperluan anak. Maka, homeschooling ini betul-betul di khususkan buat anak itu. Pelajaran apa yang akan di kuasai, maka materi itu yang mesti di kuasai.
Sekolah formal punya kurikulum yang ketat dikarnakan telah jadi rancangan dari lembaga sekolahan dan juga departemen pendidikan nasional. Beda hal dengan homeschooling yang punya kurikulum yang fleksibel hingga dapat di sesuaikan dengan bakat dan minat anak tersebut.
3. Jadwal belajar
Ketidaksamaan yang berikutnya ialah jadwal belajar. Bila di lihat dari jadwalnya, telah jelas kedua jenis pendidikan ini berbeda. Jadwal belajar saat homeschooling bisa disebut lebih fleksibel.
Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal dari segi waktu sebetulnya signifikan. Sekolah formal mempunyai jadwal belajar yang sudah tersusun rapi buat tiap semester. Untuk homeschooling sendiri jadwal belajar dapat di sesuaikan dengan keperluan anak.
4. Biaya Pendidikan
Ketidaksamaan yang lainnya merupakan biaya pendidikan. Ketidaksamaan ini pun jelas kelihatan dikala anak telah mulai pembelajaran. Homeschooling ini mempunyai biaya yang dapat langsung dianggarkan oleh orangtua.
Jadi tampak jelas biaya apa yang akan di bayar. Berbeda dengan sekolah formal yang biayanya telah diatur oleh pihak sekolah. Orangtua juga cuma perlu bayar biaya sesudah dianggarkan.
5. Sistem Pendidikan
Sekolah formal memanfaatkan standard yang di sesuaikan oleh lembaga sekolah dan juga departemen pendidikan nasional. Homeschooling lebih mempunyai tujuan kepada keperluan anak dan kondisi keluarga untuk meningkatkan potensinya.
Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal dapat dilihat dari beragam hal. Tapi kedua pendidikan ini mempunyai persamaan dalam hal pembelajaran untuk mengajari anak. Jadi anak tetap mengenyam pendidikan, entah itu di sekolah atau di rumah.
Kesamaan homeschooling dengan sekolah formal :
Sekolah formal dan homeschooling ini sama-sama mempunyai tujuan buat memberi pendidikan kepada anak. Mempunyai tujuan yang sama di mana buat cari kebaikan dan menggali kapasitas maksimal yang dipunyai oleh anak.
Sama-sama mempunyai fungsi menjadi pengantar anak-anak pada tujuan pendidikan, punya modal intelektual, mental, dan spiritual yang memadai buat hadapi masa depan dengan penuh harapan.
Apabila kita telah memahami sedikit perihal kesamaan dari kedua jenis pembelajaran ini.
Setiap orangtua menghendaki anak-anaknya memperoleh pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Seringkali hal-hal itu tidak di temukan para orang tua di sekolah umum. Maka dari itu timbul ide orang tua buat menyekolahkan anak-anaknya dirumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang di sebut sekolah rumah (homeschooling) atau di kenal dengan istilah sekolah mandiri, atau home based learning atau home education.
Banyak orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Seringkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak siswa mengejar nilai rapor dengan mencontek atau beli ijazah palsu. Disamping itu, perhatian secara personal pada anak, kurang di perhatikan. Di tambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan di tentukan oleh teman-temannya yang lebih pandai, lebih unggul atau paling “pintar”. Keadaan begitu menambah suasana sekolah jadi tidak menyenangkan.
Ketidakpuasan itu makin memicu orang tua memilih mendidik anak-anaknya dirumah, dengan risiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling ini jadi tempat harapan orangtua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman atau agama dan moral serta meraih suasana belajar yang menyenangkan.
Pembahasan
Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris bermakna sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling di kenal juga dengan sebutan home based learning, home education, atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling ialah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggungjawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan memakai rumah jadi basis pendidikannya. Memilih buat bertanggung jawab bermakna orang tua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang akan di kembangkan, kecerdasan dan ketrampilan, kurikulum dan materi, dan metode dan praktik belajar.
Peran dan komitmen total orang tua sangatlah di tuntut. Tidak cuma pemilihan materi dan standard pendidikan sekolah rumah, mereka pun mesti melakukan ujian buat anak-anaknya untuk meraih sertifikat, dengan tujuan biar bisa meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Banyak orangtua Indonesia yang mempraktikkan homeschooling mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari Amerika Serikat.
Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah-rumah dalam pengertian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini di kategorikan sebagai jalur pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dilaksanakan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar dengan cara mandiri. Walaupun pemerintah tidak mengatur standard isi dan proses pelayanan pendidikan informal, tapi hasil pendidikan informal di akui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal sesudah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standard nasional pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk punya kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia, kecerdasan, dan ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Juga diterangkan sistem pendidikan nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk meraih tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan definisi pendidikan dan sistem pendidikan nasional itu, sekolah rumah sebagai bagian dari bisnis pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan nasional merupakan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik biar jadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Filosofi berdirinya sekolah rumah yaitu “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tak perlu di tunjukan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar merupakan orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya”. Dipicu oleh filosofi itu, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas berkaitan pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa ketidakberhasilan akademis pada murid tidak di tentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, akan tetapi sebab oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan riset perihal kecenderungan orangtua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Riset mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal saat sebelum umur 8 sampai 12 tahun bukan cuma tidak efektif, namun sebetulnya juga berakibat buruk untuk anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki sebab keterlambatan kedewasaan mereka.
Sesudah pemikirannya tentang ketidakberhasilan sistem sekolah mendapatkan tanggapan luas, Holt sendiri selanjutnya menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini juga meraih sambutan hangat dari para orang tua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah buat pendidikan dirumah yang diberi nama: Growing Without Schooling.
Serupa dengan Holt, Dorothy Moore dan Ray selanjutnya jadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Sesudah itu, homeschooling selalu berkembang dengan berbagai alasan. Tidak hanya sebab alasan kepercayaan (beliefs), pertumbuhan homeschooling juga banyak di picu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis disebabkan tidak ada riset khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling yaitu khazanah relatif baru di Indonesia. Akan tetapi bila di lihat dari konsep homeschooling jadi pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah telah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang telah mempraktikkan homeschooling layaknya KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006).
Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalkan Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat resiko yang menurut Wanti sangatlah mahal harganya, ia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya dirumah. Ia menyiapkan diri selama 2 tahun saat sebelum menyekolahkan anaknya dirumah. Seluruh kurikulum dan bahan ajar di import dari Amerika Serikat. Wanti sadar keputusannya mengandung resiko berat. Ia mesti ingin capek belajar lagi, dikarnakan bersekolah dirumah bermakna bukan anaknya saja yang belajar, akan tetapi malah orang tua yang mesti banyak belajar.
Begitu pun Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah dirumah, hingga mesti ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar berkenaan hal ini. Ia mau betul-betul mantap, baru mengambil keputusan. “Kebetulan saat itu keadaan ekonomi sedang krisis maka kami banyak dirumah. Ternyata enak ya belajar bersama dirumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak dirumah tahun 2000 (Kompas, 13/3/2005).
Di Indonesia baru sebagian lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, layaknya Morning Star Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat kegiatan belajar Mengajar (PKBM).
Morning Star Academy, Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan tidak hanya memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter muridnya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yaitu program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Tubuh penyelenggara PKBM telah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan saja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah murid lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sesungguhnya menyelenggarakan proses pendidikan selama tiga hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid mesti mengikuti ujian guna meraih ijazah atau meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Ketidaksamaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.
Kini, perkembangan homeschooling di Indonesia di pengaruhi oleh akses terhadap info yang makin terbuka dan membuat para orangtua punya semakin banyak pilihan buat pendidikan anak-anaknya.
Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling
- Kegagalan Sekolah Formal
Baik di Amerika Serikat ataupun di Indonesia, ketidakberhasilan sekolah formal dalam hasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik jadi pemicu buat keluarga-keluarga di Indonesia ataupun di mancanegara untuk mengadakan homeschooling. Sekolah rumah ini di nilai bisa hasilkan didikan bermutu.
- Teori Inteligensi Ganda
Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling ialah Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard Gardner. Gardner menggagas teori inteligensi ganda. Pada awalnya, ia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Selanjutnya, pada tahun 1999, ia menambahkan 2 jenis inteligensi baru jadi menjadi 9 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi itu merupakan: Inteligensi matematis-logis; Inteligensi linguistik; Inteligensi kinestetik-badani; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi interpersonal; Inteligensi musikal; Inteligensi ligkungan; Inteligensi intrapersonal; dan Inteligensi eksistensial.
Teori Gardner ini memicu para orangtua buat mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dipunyai anak. Seringkali sekolah formal tidak dapat mengembangkan inteligensi anak, disebabkan sistem sekolah formal sering kali malah memasung inteligensi anak.
- Sosok Homeschooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang dapat berhasil dalam hidupnya tanpa menekuni sekolah formal pun memicu timbulnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh yang lain.
Benyamin Franklin misalkan, ia berhasil sebagai seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan sebab belajar di sekolah formal. Franklin cuma menekuni 2 tahun mengikuti sekolah sebab orangtua tidak bisa bayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar berkenaan hidup dan bermacam hal dari waktu ke waktu dirumah dan tempat yang lain yang dapat ia jadikan tempat belajar.
- Tersedianya Aneka Sarana
Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut di picu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu diantaranya fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas tehnologi dan info (internet dan audivisual).
Homeschooling vs Sekolah umum
Model pendidikan yang lebih populer dan diakui masyarakat merupakan sistem sekolah atau pendidikan formal baik yang di selenggarakan pemerintah ataupun swasta. Sekolah umum sering di pandang beberapa orang lebih valid dan di sukai.
Akan tetapi buat beberapa orang, sistem sekolah umum ialah sekolah yang tidak memuaskan bagi perkembangan diri anak. Sekolah umum jadi kambing hitam atas output yang di keluarkannya. Hal inilah kelihatan dari output pendidikan formal banyak yang jadi koruptor, pelaku mafia peradilan, politisi pembohong, dan penipu kelas kakap. Alasan kekecewaan itu memicu keluarga-keluarga memilih sekolah rumah alias homeschooling menjadi pendidikan alternatif.
Pada hakekatnya, baik homeschooling atau sekolah umum, sama-sama menjadi suatu sarana untuk menghantarkan anak-anak menggapai tujuan pendidikan layaknya yang diinginkan. Tapi homeschooling dan sekolah mempunyai perbedaan.
Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak di delegasikan orangtua pada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak seutuhnya ada ditangan orangtua. Sistem di sekolah terstandardisasi untuk penuhi keperluan anak secara umum, sedangkan sistem pada homeschooling ini di sesuaikan dengan keperluan anak dan kondisi keluarga. Pada sekolah, jadwal belajar sudah dipastikan dan seragam untuk semua murid.
Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, bergantung pada persetujuan antara anak dan orangtua. Pengelolaan di sekolah terpusat, layaknya pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homeschooling terdesentralisasi pada kemauan keluarga homeschooling. Kurikulum dan materi ajar di pilih dan di tentukan oleh orangtua.
Kelebihan Homeschooling
Dari ketidaksamaan di atas, kita bisa menyebutkan kelebihan homeschooling, diantaranya yakni: adaptable, artinya sesuai dengan keperluan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak diperoleh di sekolah umum: potensi yang optimal, bisa mengoptimalkan potensi anak, tanpa mesti mengikuti standard waktu yang di tetapkan sekolah: siap terjun pada dunia nyata.
Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata dikarnakan proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang berada di sekitarnya; terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (narkoba, tawuran, pornografi, konsumerisme, mencontek dan lain-lain); Ekonomis, biaya pendidikan bisa menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Penutup
Homeschooling adalah sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan bagi orangtua dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sisi lain, ada sekolah umum yang memberi bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan keinginan dan keperluan anak. Baik homeschooling ataupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama punya kelebihan dalam menghantarkan peserta didik meraih tujuan pendidikan. Soal pilihan atas keduanya, semua di serahkan pada orang tua dan keluarga sesuai dengan kondisi keluarga.
Yuks ikut Program Homeschooling Erraedu
Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling Erraedu ialah terdapatnya kelenturan fleksibilitas. Maka tidak bisa kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Bila terlalu di susun dalam kurikulum yang baku maka homeschooling malah akan kehilangan makna utamanya.
Erraedu percaya bahwa ketika potensi dan minat anak-anak di observasi dan di arahkan sedini mungkin, maka mereka akan meraih pencapaian yang terbaik sesuai dengan potensi dan minat mereka di masa depan. Kita menganabisa logikannya dengan 2 anak yang mempunyai minat, potensi dan keterampilan yang sama tapi mendapat porsi latihan yang berbeda. Maka yang terjadi yaitu siswa yang memperoleh pelatihan dari kecil akan mendapatkan prestasi yang lebih hebat dibanding dengan siswa yang baru meraih pelatihan di umur remaja.
Tentang Kami
Visi Misi dan Tujuan Fikar School
Visi
Terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter sesuai potensi kemanusiaan.
Misi
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang menyadari bahwa mereka mempunyai keunikan dan kelebihan didalam potensi mereka masing-masing.
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat dan berbudi pekerti luhur.
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berjiwa leadership, entrepreneurship dan religious.
Tujuan
- Menghasilkan lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berjiwa entrepreneur,punya wawasan luas, punya disiplin dan etos kerja dan dapat bersaing di tingkat internasional.
- Meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya untuk mendorong pembangunan bangsa
- Menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Menentukan buat menempuh pendidikan homeschooling sebetulnya susah-susah gampang. Apabila menempuh pendidikan homeschooling, semua nya memang berkesan lebih gampang.
Anak tidak perlu repot bangun pagi dan buru-buru pergi ke sekolah. Orang tua pun tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli seragam dan transportasi anak.
Disamping itu, jam belajar anak pun sangatlah fleksibel dan dapat di atur sesuai dengan keperluan masing-masing. Terdengar sangat menyenangkan?
Tetapi, tunggu dulu. Untuk orang tua yang mendaftarkan anak nya ke homeschooling, hal ini dapat berubah jadi pedang bermata 2 bila tidak berhati-hati. Salah-salah, pendidikan anak bisa jadi terbengkalai disebabkan minimnya komitmen kedua belah pihak.
Buat menyiasati hal ini, berbagai lembaga homeschooling yang menyediakan jasa kurikulum dan guru tambahan pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Biar tidak bingung, kumparan menyediakan sederet daftar homeschooling terbaik di Jabotabek yang dapat kamu jadikan pilihan!
Program homeschooling erraedu di tujukan buat jenjang pendidikan dari mulai SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).
Program kurikulum Homeschooling Erraedu memakai kurikulum nasional. Disamping itu siswa dan siswi pun memperoleh materi akademis dan juga memperoleh pendampingan tumbuh kembang Anak.
Itulah sedikit bahasan terkait Home Schooling, mudah-mudahan bisa meningkatkan wawasan kita berkaitan Home Schooling. Jika anda sedang mencari Home Schooling yang Profesional, Terpercaya dan Berpengalaman. Jangan ragu untuk segera menghubungi kami via Whatsapp di 0812 9449 6174
Atau Klik Banner Dibawah
Biaya Pendaftaran Erraedu di Jln. Lanser, Jakasampurna Bekasi