Kegiatan Homeschooling di Jln. Palem I – VII, Jakasampurna Bekasi

Kegiatan Homeschooling di Jln. Palem I – VII, Jakasampurna BekasiPendidikan jadi modal penting buat kehidupan yang paling baik biar bisa menggapai dan harapan di masa depan, dan ialah jenjang yang mesti dilakoni oleh seluruh orang. Wajar apabila saat ini banyak orang berlomba-lomba menganyam pendidikan setinggi mungkin dan negara mewajibkan mengikuti pendidikan. Berikut ialah pejelasan tentang Homeschooling dan dengan perbedaan dengan sekolah formal.

Kegiatan Homeschooling Homeschooling di Jln. Palem I - VII, Jakasampurna  Bekasi

Pengertian Homeschooling

Di zaman modern layaknya sekarang ini kita mengenal istilah homeschooling. Istilah yang berasal dari bahasa Inggris ini berarti ialah sekolah rumah. Awal mula sistem pendidikan ini berakar dan tumbuh di Amerika serikat. Sebutan yang lain yaitu home based learning, home education atau sekolah mandiri.

Sekolah rumah sebetulnya telah ada sejak dahulu, banyak tokoh-tokoh dunia yang melakukan pendidikan dirumah. Homeschooling ini di lakukan di bawah bimbingan orangtua dan guru pembimbing artinya keluarga memilih bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dengan menjalani pendidikan atau memakai rumahnya sebagai basis pendidikan. Di sekolah rumah orangtua terlibat langsung dalam memilih proses pendidikan, menentukan arah dan tujuan pendidikan tersebut.

Layaknya yang banyak kita ketahui, bahwa homeschooling telah jadi metode pendidikan alternatif buat para keluarga saat ini ini. Kemungkinan juga andalah satu diantara yang memakai homeschooling. Pada peluang kali ini kita akan mengulas apa itu homeschooling dan apa bedanya homeschooling dengan sekolah formal, disamping itu kita juga akan memperbandingkan berkenaan biaya homeschooling dengan sekolah formal. Pastikan anda menyimak artikel ini sampai habis tanpa meninggalkan satu katapun.

Dalam Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan sekolah-rumah dalam artian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini di kategorikan menjadi jalur pendidikan informal ialah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – Sisidiknas No. 20/2003). Kegiatan pendidikan informal yang dikerjakan oleh keluarga dan lingkungan berupa aktivitas belajar dengan cara mandiri. Walau pemerintah tidak mengatur standard isi dan proses pelayanan pendidikan informal, akan tetapi hasil pendidikan informal di akui sama seperti pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal sesudah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standard nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2).

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 terkait Sisdiknas, pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pelatihan dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif meningkatkan potensi dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang dipakai dirinya, warga, bangsa dan negara. Juga di terangkan sistem pendidikan nasional yaitu keseluruhnya komponen pendidikan yang sama-sama berkenaan dengan cara terpadu untuk menjangkau tujuan pendidikan nasional (pasal 1).

Belajar yaitu keperluan, bukan cuma untuk sang anak, tetapi juga buat bangsa. Akan tetapi beberapa anak mempunyai kekurangan tertentu untuk bersekolah di sekolah konvensional. Einstein kecil, contohnya, yaitu seorang anak dengan kekurangan tertentu. Jadi dia di keluarkan dari sekolah. Biar momen di DO-nya Eintein tidak terulang lagi, maka pada saat ini mulai berkembang pemikiran berkaitan sekolah alternatif. Salah-satunya yaitu Home Schooling alias sekolah rumah. Sebagian contoh dari kalangan selebriti layaknya Neno Warisman, Kak Seto dan Nia Ramadhani memilih alternatif ini.

Banyak kalangan yang memiliki pendapat bahwa metode Homeschooling ini dapat menghambat potensi sosial anak. Disebabkan anak di asumsikan akan kurang bergaul, kurang belajar bersosialisasi, kurang belajar menerima opini orang lain, atau kemahiran bekerja-sama. Anggapan itu jelas salah. Lantaran anak Home School malah dengan cara khusus dibuat buat belajar dan mempraktikkan bagaimana bermasyarakat dengan cara baik dan betul.

School Home ini ialah aktivitas kursus di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Tapi praktisi homeschooling Harmonis, bagian paling sulit dari proses homeschooling ini ialah pelibatan orang tua. Walau sebenarnya orang tua lah yang lebih memilih keberhasilan homeschooling yang sebetulnya.

Pendidikan, terlebih peletakan dan pembangunan tata-nilai, pada dasar nya berpusat di dalam rumah. Lantaran itu, Home School Harmonis dengan cara berkala mengundang para orang tua sebagai mitra pengajar. Umumnya perjumpaan berlangsung hari Minggu. Ada anak yang bercita-cita mau jadi psikolog, contohnya, maka ia berasa tak perlu buat belajar fisika dan kimia. Permasalahannya, target kurikulum ini tidak bisa diacuhkan begitu saja. Maka homeschooling ini menyiasati dengan model pembelajaran interaktif.

Saat belajar membuat tempe goreng, contohnya, siswa belajar jika kandungan air dalam adonan pembungkus tempe jadi kering dan habis sama-sekali pada suhu sekian; zat apa yang menjadikan gorengan jadi kering, dan sebagainya. Maka peserta homeshooling pada akhirnya dapat mengikuti ujian kesetaraan, dan memiliki ijazah. Itu di akui pemerintah. Contoh lain dikala anak belajar menanam. Orang tua dapat mengajarkan anak mulai sejak bangun tidur dan kapan juga anak ingin belajar. Hingga belajar bukan lagi merupakan kewajiban tetapi telah jadi keperluan anak. Mereka memperoleh modul dan modul pembelajaran buat orangtua. Maka dalam hal tersebut orangtua terjun langsung.

Jika orang tua kekurangan info akademis, mereka dapat panggil tutor. Alokasi waktu dapat lebih banyak, dan belajar begitu membahagiakan buat mereka sebab sebetulnya dilandasi oleh keperluan. Tetapi apabila ke dua orang-tua kerja maka paling baik ke School Home komunitas. Sifatnya panduan. Dalam hal inilah mereka harus ada di kegiatan komunitas.

Pendidikan bukan cuma masalah meningkatkan ilmu, pengetahuan di segala bidang, akan tetapi ada hal yang perlu juga layaknya interaksi dengan teman-teman yang lain. Sosialisasi beberapa anak homeshooling sangatlah terjaga. Kita ajak mereka ke pasar. Kita kenalkan juga pada beberapa anak pasar. Kemudian kita bawa juga mereka ke alam yang terbuka dan ke rumah singgah. Yang lebih penting yaitu kita memberi kemandirian, adalah dalam belajar dan mengambil keputusan. Kita pun memberi wawasan berkaitan kewira usahaan. Maka mulai sejak dini mereka telah di latih bagaimana dapat berguna untuk orang lain.

Kegiatan Homeschooling Homeschooling di Jln. Palem I - VII, Jakasampurna  Bekasi

Di Indonesia ada homeschooling paket A sama dengan SD (Sekolah Dasar), paket B sama dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan paket C sama dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Homeschooling ini memberi masing-masing peserta didik kebebasan untuk menentukan pelajaran, akan tetapi tidak lepas dari kurikulum. Lantaran di ujung sana ada ujian kesetaraan. Seorang remaja yang berasa tidak nyaman di kelas 2 sekolah formal, contohnya, bisa pindah ke kelas 3 di homeshooling. Disebabkan homeshooling ini yaitu multiexit dan multientri. Gampang masuk dan gampang keluar. Legalitasnya sendiri pun telah di jamin oleh pemerintah.

Apabila kita artikan dari bahasa, Home Schooling bersasal dari bahasa Inggris dan terbagi dalam 2 kata adalah kata Home yang mempunyai makna Rumah dan School yang bermakna Sekolah. Maka Home Schooling ini bisa di artikan menjadi Sekolah Rumah.

Sementara dari Homeschooling atau Sekolah Rumah yaitu metode pendidikan alternatif yang dilaksanakan di dalam rumah, dibawah pembimbingan orang tua atau panduan pendamping, dan tidak dijalankan ditempat formal yang lain layaknya di sekolah swasta, sekolah negeri, atau di institusi pendidikan yang lain dengan model kerjaan belajar terstruktur dan kolektif.

Home Schooling yaitu sekolah yang dilakukan di dalam rumah dibawah bimbingan dari tutor ataupun orangtua. Hal penting yang memicu pendidikan dirumah ialah keperluan sang Anak. Ya ketidakpuasan orangtua pada sistem pendidikan yang berada di Negeri tercinta ini jadi satu diantara faktor besar yang melandasai HS ini.

Home Schooling ini bisa disimpulkan jadi model pendidikan berbasiskan rumah, dengan orangtua jadi penanggung jawab aktif. Dan fokus pada peningkatan dan kebutuhan anaknya. Maka dalam hal tersebut semua pendidikan yang diajarkan dalam home schooling baik model, metodenya paling fokus untuk kebutuhan anaknya seorang.

Maka Home Schooling sejauh ini bukan instansi, tetapi orang tua sendiri yang melakukan HS. Buat membuat lancar HS yang diadakan orangtua, layaknya soal-soal, materi dan hal yang lain. Orangtua bisa kerja sama juga dengan komunitas HS yang lain. Maka saran nya bersatulah dengan komunitas HS biar bisa memudahkan dalam peningkatan belajar anaknya. Anda bisa cari informai berkaitan HS dikomunitas yang berada di seputar anda, apabila masih bingung coba hubungi atau mencari komunitas home Schooling memlalui internet.

Tujuan Home Schooling diprioritaskan pada perkembangan anak, untuk bisa meningkatkan talenta dan potensi anak tersebut. Bahwa sejatinya orangtua telah punya kemampuan buat mendidik anak mulai sejak anak itu dari bayi, layaknya mengajarinya berbicara, berjalan dan hal yang lain. Home Schooling adalah kepanjangan dari pendidikan yang telah dilakukan mulai sejak kecil. Bahwa orangtua dapat buat mendidik anaknya sesuai dengan talenta danpotensi nya.

Sesudah kita mengetahui sedikit pemahaman dari Home Schooling, saat ini kita akan coba buat cari tahu apa yang memperbedakan home schooling dengan sekolah formal ?

yang berbeda yaitu Standard Proses. Misalkan, sekolah formal masuk jam 7 dan pulang jam sekian. Ada aturan yang mesti di patuhi. Homeschooling ini tidak begitu. Lebih fleksibel. Disamping itu, Standard Sarana Prasana dan Standard Pendidik. Misalkan, gedung sekolah luasnya mesti sekian, ukuran kursi sekian, jumlah kursi sekain, dan lain sebagainya. Nah, homeschooling ini dapat belajar di tempat tidur, alam bebas, pasar, dan lain-lain. Guru di sekolah formal mesti S1, misalnya.

Bagaimana dengan homeschooling? Bisa S1, S2, mahasiswa yang menguasai bidangnya. Yang penting, Standard Kompetensi Lulusan tercapai. Apa lagi? Standard biaya. Sekolah dirumah tentu tidak mahal, karena tidak ada seragam, uang sekolah, uang gedung, uang transportasi, dan lain-lain. Paling-paling uang akan di keluarkan dikala memanggil guru les. Buat pelajaran kelas 1 sampai 4 SD, orangtua umumnya masih ingat. Terakhir yaitu Standard Evaluasi. Anak-anak homeschooling pun mengikuti ujian nasional.

Memilih sekolah formal untuk anak buat mendapatkan pendidikan pasti adalah pertimbangan yang umum dikerjakan para orangtua. Tapi, jalur pendidikan informal layaknya homeschooling Indonesia pun layak mendapat pertimbangan. Kendati ialah sekolah informal, sistem pendidikan homeschooling tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan formal pada umumnya.

Kedua sistem sekolah itu memakai kurikulum yang di keluarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Hal itu disebabkan siswa program pendidikan homeschooling pun akan mengikuti ujian setara pendidikan formal. Disamping itu, kurikulum yang sama memungkinkan siswa homeschooling tidak akan kesulitan bila nantinya mau mengikuti pendidikan di sekolah formal.

Di samping persamaan, ada juga ketidaksamaan antara keduanya. Ketidaksamaan kedua sistem pendidikan ini bisa di lihat dari cara atau proses pembelajaran yang diterapkan. Sekolah formal menetapkan jam masuk yang mesti di taati setiap siswa. Disamping itu, ada ketentuan tentang seragam dan peraturan yang diaplikasikan tiap-tiap sekolah.

Sekolah informal layaknya homeschooling ini cenderung lebih fleksibel dalam waktu belajar. Selama siswa siap dalam mengawali proses pembelajaran, maka kegiatan belajar-mengajar akan di mulai. Ketidaksamaan yang lain terletak pada sarana-prasarana. Sekolah formal ini mempunyai gedung dan ruang kelas yang di sesuaikan dengan jumlahnya murid.

Disamping lain, homeschooling ini tidak membutuhkan tempat khusus untuk menjalani kegiatan belajar-mengajar. Homeschooling ini bisa dilaksanakan dirumah hingga murid berasa lebih nyaman belajar dilingkungan yang membuat mereka lebih rileks. Murid pun bisa memakai pakaian apapun selama sopan dan layak digunakan.

Sekarang ini, Anda sudah mendapat gambaran perbandingan kesamaan dan ketidaksamaan antara sekolah formal dan informal layaknya homeschooling Indonesia. Hal yang perlu Anda lakukan hanya memilih sistem dan lembaga pendidikan yang cocok buat anak dan keluarga Anda.

Kegiatan Homeschooling Homeschooling di Jln. Palem I - VII, Jakasampurna  Bekasi

Perbedaan Sekolah Formal dan Homeschooling Untuk Anak

Homeschooling yaitu istilah asing yang bermakna belajar dirumah. Hal inilah mengindikasi bahwa pembelajaran sesungguhnya dijalankan dirumah dan bukan di gedung sekolah. Istilah homeschooling ini pun di kenal jadi sekolah mandiri. Proses pembelajarannya sebetulnya cukup berbeda.

walau begitu, sekolah formal dan homeschooling sama-sama pendidikan yang mempunyai tujuan untuk memberikan pembelajaran pada anak. Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal telah tampak jelas dari lingkup tempat belajar. Disamping itu, sekolah di rumah atau homeschooling pun melibatkan peran orangtua.

Berbeda halnya dengan sekolah formal yang biasa dikerjakan oleh anak pada umumnya. Sekolah formal bertanggungjawab seutuhnya waktu anak mulai belajar di sekolah. Proses pembelajaran anak dan hasil belajar pun di urus oleh guru yang mengampu. Selanjutnya orangtua cuma perlu menerima hasilnya.

Inilah Ketidaksamaan Homeschooling dan Sekolah Formal

Bicara perihal sekolah mandiri atau homeschooling, suasana belajar dirumah dan di gedung sekolah akan berbeda. Lantaran, belajar dirumah pun melibatkan orangtua. Sedangkan di sekolah formal tidak ada keterlibatan orangtua. Dibawah ini ada sebagian ketidaksamaan antara sekolah formal dan homeschooling antara lain yakni sebagai berikut:

1. Fasilitas Pendidikan

Ketidaksamaan yang pertama bisa di lihat dari fasilitas pendidikan yang sudah disiapkan. Sekolah formal dari jenjang lebih bawah sampai ke atas mempunyai fasilitas seperti sekolah. Contoh lapangan olahraga, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain.

Berbeda dengan homeschooling yang tidak diperlengkapi dengan fasilitas itu. Kegiatan belajar sesungguhnya cuma materi yang di perlukan pada jenjang itu. Pembelajaran layaknya praktik nampaknya tidak di ajaarkan. Fasilitas yang disiapkan pun sesuai dengan apa yang ada dirumah.

Sekolah formal ini mempunyai fasilitas yang komplit dan dapat dikatakan memadai buat perkembangan anak. Berbeda dengan model homeschooling yang lebih prefer pada fasilitas yang ada di rumah, semua tergantung dengan kelengkapan dari fasilitas rumah tersebut.

2. Model Belajar

Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal yang lainnya ialah jenis belajar. Telah jelas kalau keduanya punya model pembelajaran yang berbeda. Sekolah formal ini mempunyai model belajar yang berbeda untuk setiap guru.

Lalu di sesuaikan dengan mata pelajaran dan kurikulum yang ada. Berbeda halnya dengan homeschooling yang punya tipe belajar sesuai keperluan anak. Maka, homeschooling ini betul-betul di khususkan untuk anak itu. Pelajaran apa yang akan di kuasai, maka materi itu yang mesti di kuasai.

Sekolah formal punya kurikulum yang ketat sebab telah jadi rancangan dari lembaga sekolahan dan juga departemen pendidikan nasional. Beda hal dengan homeschooling yang mempunyai kurikulum yang fleksibel jadi dapat di sesuaikan dengan bakat dan minat anak tersebut.

3. Jadwal belajar

Ketidaksamaan yang berikutnya yaitu jadwal belajar. Apabila di lihat dari jadwalnya, telah jelas kedua jenis pendidikan ini berbeda. Jadwal belajar saat homeschooling bisa disebut lebih fleksibel.

Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal dari segi waktu sesungguhnya signifikan. Sekolah formal mempunyai jadwal belajar yang sudah tersusun rapi buat tiap semester. Untuk homeschooling sendiri jadwal belajar dapat di sesuaikan dengan keperluan anak.

4. Biaya Pendidikan

Ketidaksamaan yang lainnya ialah biaya pendidikan. Ketidaksamaan ini pun jelas tampak waktu anak telah mulai pembelajaran. Homeschooling ini punya biaya yang dapat langsung dianggarkan oleh orangtua.

Jadi kelihatan jelas biaya apa yang akan di bayar. Berbeda dengan sekolah formal yang biayanya telah diatur oleh pihak sekolah. Orangtua juga cuma perlu bayar biaya sesudah dianggarkan.

5. Sistem Pendidikan

Sekolah formal memanfaatkan standard yang di sesuaikan oleh lembaga sekolah dan juga departemen pendidikan nasional. Homeschooling lebih mempunyai tujuan kepada keperluan anak dan kondisi keluarga untuk meningkatkan potensinya.

Ketidaksamaan homeschooling dan sekolah formal dapat dilihat dari bermacam hal. Tetapi kedua pendidikan ini mempunyai persamaan dalam hal pembelajaran buat mengajari anak. Jadi anak tetap mengenyam pendidikan, entah itu di sekolah atau di rumah.

Kegiatan Homeschooling Homeschooling di Jln. Palem I - VII, Jakasampurna  Bekasi

Kesamaan homeschooling dengan sekolah formal :

Sekolah formal dan homeschooling ini sama-sama mempunyai tujuan untuk memberi pendidikan kepada anak. Punya tujuan yang sama di mana buat cari kebaikan dan menggali kapasitas maksimal yang dipunyai oleh anak.

Sama-sama mempunyai fungsi jadi pengantar anak-anak pada tujuan pendidikan, punya modal intelektual, mental, dan spiritual yang memadai untuk hadapi masa depan dengan penuh harapan.

Apabila kita telah paham sedikit berkenaan kesamaan dari kedua tipe pembelajaran ini.

Setiap orangtua menghendaki anak-anaknya mendapatkan pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Seringkali hal-hal itu tidak di temukan para orang tua di sekolah umum. Maka dari itu timbul ide orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya dirumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang di sebut sekolah rumah (homeschooling) atau di kenal dengan istilah sekolah mandiri, atau home based learning atau home education.

Banyak orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Seringkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak siswa mengejar nilai rapor dengan mencontek atau beli ijazah palsu. Disamping itu, perhatian secara personal pada anak, kurang di perhatikan. Di tambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan di tentukan oleh teman-temannya yang lebih pandai, lebih unggul atau paling “pintar”. Keadaan begitu menambah suasana sekolah jadi tidak menyenangkan.

Ketidakpuasan itu makin memicu orang tua memilih mendidik anak-anaknya dirumah, dengan risiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling ini jadi tempat harapan orangtua buat meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman atau agama dan moral serta meraih suasana belajar yang menyenangkan.

Pembahasan

Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris bermakna sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling di kenal juga dengan sebutan home based learning, home education, atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling merupakan model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggungjawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan memanfaatkan rumah menjadi basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggung jawab bermakna orang tua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang akan di kembangkan, kecerdasan dan ketrampilan, kurikulum dan materi, dan metode dan praktik belajar.

Peran dan komitmen total orang tua sangatlah di tuntut. Tidak cuma pemilihan materi dan standard pendidikan sekolah rumah, mereka pun mesti melakukan ujian bagi anak-anaknya untuk meraih sertifikat, dengan tujuan biar bisa meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Banyak orangtua Indonesia yang mempraktikkan homeschooling mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari Amerika Serikat.

Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah-rumah dalam pengertian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini di kategorikan sebagai jalur pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dikerjakan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar dengan cara mandiri. Walau pemerintah tidak mengatur standard isi dan proses pelayanan pendidikan informal, tetapi hasil pendidikan informal di akui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal sesudah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standard nasional pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia, kecerdasan, dan ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Juga diterangkan sistem pendidikan nasional ialah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu buat meraih tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan definisi pendidikan dan sistem pendidikan nasional itu, sekolah rumah jadi bagian dari bisnis pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan nasional merupakan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik supaya jadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Filosofi berdirinya sekolah rumah yaitu “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tak perlu di tunjukan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar yaitu orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya”. Dipicu oleh filosofi itu, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas tentang pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa ketidakberhasilan akademis pada murid tidak di tentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, akan tetapi karena oleh sistem sekolah itu sendiri.

Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan riset perihal kecenderungan orangtua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Riset mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal saat sebelum umur 8 sampai 12 tahun bukan cuma tidak efektif, namun sebetulnya juga berakibat buruk untuk anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki lantaran keterlambatan kedewasaan mereka.

Sesudah pemikirannya tentang ketidakberhasilan sistem sekolah mendapatkan tanggapan luas, Holt sendiri selanjutnya menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini juga mendapatkan sambutan hangat dari para orang tua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan dirumah yang diberi nama: Growing Without Schooling.

Serupa dengan Holt, Dorothy Moore dan Ray selanjutnya sebagai pendukung dan konsultan penting homeschooling. Sesudah itu, homeschooling senantiasa berkembang dengan berbagai alasan. Tidak hanya lantaran alasan kepercayaan (beliefs), pertumbuhan homeschooling juga banyak di picu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.

Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis lantaran tidak ada riset khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling ialah khazanah relatif baru di Indonesia. Akan tetapi bila di lihat dari konsep homeschooling menjadi pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah telah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang telah mempraktikkan homeschooling layaknya KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006).

Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalkan Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat resiko yang menurut Wanti begitu mahal harganya, ia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya dirumah. Ia menyiapkan diri selama 2 tahun saat sebelum menyekolahkan anaknya dirumah. Seluruh kurikulum dan bahan ajar di import dari Amerika Serikat. Wanti sadar keputusannya mengandung resiko berat. Ia mesti ingin capek belajar lagi, sebab bersekolah dirumah bermakna bukan anaknya saja yang belajar, tapi malah orang tua yang mesti banyak belajar.

Begitu pun Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah dirumah, hingga mesti ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar berkaitan hal ini. Ia mau betul-betul mantap, baru mengambil keputusan. “Kebetulan ketika itu keadaan ekonomi sedang krisis hingga kami banyak dirumah. Ternyata enak ya belajar bersama dirumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak dirumah tahun 2000 (Kompas, 13/3/2005).

Di Indonesia baru sebagian lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, layaknya Morning Star Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat kegiatan belajar Mengajar (PKBM).

Morning Star Academy, Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan tidak cuma memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter muridnya.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ialah program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Tubuh penyelenggara PKBM telah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan saja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah murid lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (buat setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sesungguhnya menyelenggarakan proses pendidikan selama tiga hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid mesti mengikuti ujian guna mendapat ijazah atau meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Ketidaksamaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.

Pada saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia di pengaruhi oleh akses terhadap info yang makin terbuka dan membuat para orangtua punya semakin banyak pilihan buat pendidikan anak-anaknya.

Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling

  • Kegagalan Sekolah Formal

Baik di Amerika Serikat ataupun di Indonesia, ketidakberhasilan sekolah formal dalam hasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik sebagai pemicu buat keluarga-keluarga di Indonesia ataupun di mancanegara untuk mengadakan homeschooling. Sekolah rumah ini di nilai bisa hasilkan didikan bermutu.

  • Teori Inteligensi Ganda

Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling yaitu Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard Gardner. Gardner menggagas teori inteligensi ganda. Pada awalnya, ia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Selanjutnya, pada tahun 1999, ia menambahkan 2 jenis inteligensi baru hingga menjadi 9 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi itu yaitu: Inteligensi matematis-logis; Inteligensi linguistik; Inteligensi kinestetik-badani; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi interpersonal; Inteligensi musikal; Inteligensi ligkungan; Inteligensi intrapersonal; dan Inteligensi eksistensial.

Teori Gardner ini memicu para orangtua buat mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dipunyai anak. Seringkali sekolah formal tidak dapat mengembangkan inteligensi anak, dikarnakan sistem sekolah formal sering kali malah memasung inteligensi anak.

  • Sosok Homeschooling Terkenal

Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang dapat berhasil dalam hidupnya tanpa menjalankan sekolah formal pun memicu timbulnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh yang lain.

Benyamin Franklin misalkan, ia berhasil jadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan sebab belajar di sekolah formal. Franklin cuma melakukan 2 tahun mengikuti sekolah lantaran orangtua tidak bisa bayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar terkait hidup dan bermacam hal dari waktu ke waktu dirumah dan tempat yang lain yang dapat ia jadikan tempat belajar.

  • Tersedianya Aneka Sarana

Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut di picu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu diantaranya fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas tehnologi dan info (internet dan audivisual).

Homeschooling vs Sekolah umum

Model pendidikan yang lebih populer dan diakui masyarakat ialah sistem sekolah atau pendidikan formal baik yang di selenggarakan pemerintah atau swasta. Sekolah umum sering di pandang beberapa orang lebih valid dan di sukai.

Tapi buat beberapa orang, sistem sekolah umum ialah sekolah yang tidak memuaskan buat perkembangan diri anak. Sekolah umum jadi kambing hitam atas output yang di keluarkannya. Hal tersebut tampak dari output pendidikan formal banyak yang jadi koruptor, pelaku mafia peradilan, politisi pembohong, dan penipu kelas kakap. Alasan kekecewaan itu memicu keluarga-keluarga memilih sekolah rumah alias homeschooling jadi pendidikan alternatif.

Pada hakekatnya, baik homeschooling atau sekolah umum, sama-sama menjadi suatu sarana buat menghantarkan anak-anak menjangkau tujuan pendidikan layaknya yang diinginkan. Akan tetapi homeschooling dan sekolah mempunyai perbedaan.

Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak di delegasikan orangtua pada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak seutuhnya ada ditangan orangtua. Sistem di sekolah terstandardisasi untuk penuhi keperluan anak secara umum, sedangkan sistem pada homeschooling ini di sesuaikan dengan keperluan anak dan kondisi keluarga. Pada sekolah, jadwal belajar sudah dipastikan dan seragam buat semua murid.

Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, bergantung pada persetujuan antara anak dan orangtua. Pengelolaan di sekolah terpusat, layaknya pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homeschooling terdesentralisasi pada kemauan keluarga homeschooling. Kurikulum dan materi ajar di pilih dan di tentukan oleh orangtua.

Kelebihan Homeschooling

Dari ketidaksamaan di atas, kita bisa menyebutkan kelebihan homeschooling, diantaranya ialah: adaptable, artinya sesuai dengan keperluan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapat di sekolah umum: potensi yang optimal, bisa mengoptimalkan potensi anak, tanpa mesti mengikuti standard waktu yang di tetapkan sekolah: siap terjun pada dunia nyata.

Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata disebabkan proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang berada di sekitarnya; terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (narkoba, tawuran, pornografi, konsumerisme, mencontek dan lain-lain); Ekonomis, biaya pendidikan bisa menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.

Penutup

Homeschooling yaitu sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan untuk orangtua dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sisi lain, ada sekolah umum yang memberi bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan keinginan dan keperluan anak. Baik homeschooling ataupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama memiliki kelebihan dalam menghantarkan peserta didik meraih tujuan pendidikan. Soal pilihan atas keduanya, semua di serahkan pada orang tua dan keluarga sesuai dengan kondisi keluarga.

Yuks ikut Program Homeschooling Erraedu

Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling Erraedu ialah terdapatnya kelenturan fleksibilitas. Maka tidak bisa kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Jika terlalu di susun dalam kurikulum yang baku maka homeschooling malah akan kehilangan makna utamanya.

Erraedu percaya bahwa ketika potensi dan minat anak-anak di observasi dan di arahkan sedini mungkin, maka mereka akan memperoleh pencapaian yang terbaik sesuai dengan potensi dan minat mereka di masa depan. Kita menganabisa logikannya dengan 2 anak yang mempunyai minat, potensi dan keterampilan yang sama akan tetapi meraih porsi latihan yang berbeda. Maka yang terjadi ialah siswa yang memperoleh pelatihan dari kecil akan mendapatkan prestasi yang lebih hebat ketimbang dengan siswa yang baru mendapat pelatihan di umur remaja.

Tentang Kami

Visi Misi dan Tujuan Fikar School

Visi

Terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter sesuai potensi kemanusiaan.

Misi

  • Mewujudkan generasi muda Indonesia yang menyadari bahwa mereka mempunyai keunikan dan kelebihan didalam potensi mereka masing-masing.
  • Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat dan berbudi pekerti luhur.
  • Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berjiwa leadership, entrepreneurship dan religious.

Tujuan

  • Menghasilkan lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berjiwa entrepreneur,mempunyai wawasan luas, mempunyai disiplin dan etos kerja dan dapat bersaing di tingkat internasional.
  • Meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya untuk mendorong pembangunan bangsa
  • Menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan potensi mereka masing-masing.

Menentukan buat menempuh pendidikan homeschooling sebetulnya susah-susah gampang. Bila menempuh pendidikan homeschooling, semua nya memang berkesan lebih gampang.

Anak tidak perlu repot bangun pagi dan buru-buru pergi ke sekolah. Orang tua pun tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra buat membeli seragam dan transportasi anak.

Disamping itu, jam belajar anak pun begitu fleksibel dan dapat di atur sesuai dengan keperluan masing-masing. Terdengar sangat menyenangkan?

Namun, tunggu dulu. Untuk orang tua yang mendaftarkan anak nya ke homeschooling, hal ini dapat berubah jadi pedang bermata 2 bila tidak berhati-hati. Salah-salah, pendidikan anak bisa jadi terbengkalai dikarnakan minimnya komitmen kedua belah pihak.

Buat menyiasati hal ini, berbagai lembaga homeschooling yang menyediakan jasa kurikulum dan guru tambahan pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Supaya tidak bingung, kumparan menyediakan sederet daftar homeschooling terbaik di Jabotabek yang dapat kamu jadikan pilihan!

Program homeschooling erraedu di tujukan buat jenjang pendidikan dari mulai SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).

Program kurikulum Homeschooling Erraedu memakai kurikulum nasional. Disamping itu siswa dan siswi pun meraih materi akademis dan juga mendapat pendampingan tumbuh kembang Anak.

Itulah sedikit bahasan terkait Home Schooling, mudah-mudahan bisa meningkatkan wawasan kita berkaitan Home Schooling. Jika anda tengah mencari Home Schooling yang Profesional, Terpercaya dan Berpengalaman. Jangan ragu untuk segera menghubungi kami via Whatsapp di 0812 9449 6174

Atau Klik Banner Dibawah

Kegiatan Homeschooling di Jln. Palem I – VII, Jakasampurna Bekasi