Tempat Pendaftaran Homeschooling di Jln. Cucok Rowo, Jaka Setia Bekasi Hubungi 081286319310 Homeschooling yaitu metode pendidikan alternatif yang dilaksanakan di dalam rumah dibawah tuntunan guru pendamping atau orangtua dan tidak dikerjakan di tempat resmi yaitu seperti sekolah pada biasanya. Sayangnya di Indonesia arti homeschooling ini sering di salah artikan oleh banyak pihak. Pasalnya banya lembaga/sekolah formal yang menggunakan embel-embel nama ‘Homeschooling’ walau sebenarnya kegiatan belajar mengajar nya dijalankan di sekolah.
Dalam bahasa Indonesia itu sendiri, ada yang memakai istilah “sekolah rumah”. Dapat mengartikaan homeschooling dengan istilah “sekolah mandiri”. Tetapi nama bukan suatu isu. Dibilang apa pun, yang penting ialah esensinya.
Salah satunya pemahaman umum homeschooling ialah suatu keluarga yang menentukan untuk bertanggungjawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anak nya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orangtua siswa memikul tanggung jawab seutuhnya atas proses pendidikan anak; sedangkan pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan pada guru serta sistem sekolah.
Meskipun orangtua siswa jadi penanggung jawab utama homeschooling, tapi pendidikan homeschooling ini tidak hanya dan tidak mesti dikerjakan oleh orangtua. Tidak hanya mengajar sendiri, orangtua bisa mengundang guru private, mendaftar kan anak pada pelatihan, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.
Sesuai namanya, proses homeschooling sesungguhnya berpusat di rumah. Namun, proses homeschooling biasanya tidak cuma mengambil lokasi di rumah. Para orangtua homeschooling bisa memakai sarana apa saja dan di mana saja buat pendidikan homeschooling anak nya.
Biaya Homescholing
Banyak yang memandang biaya homeschooling relatif mahal. Walau sebenarnya harga nya itu sesungguhnya bisa di sesuaikan dengan kemampuan. Kini, telah banyak instansi yang menyediakan layanan sekolah rumah atau homeschooling ini, baik buat tahap TK, SD, SMP, ataupun SMA.
Tiap-tiap anak sebetulnya punya kecenderungan yang berbeda-beda. Saat saya tawarkan kepadanya ingin sekolah umum / Home Schooling jawaban nya yaitu lebih cenderung belajar di dalam rumah.
“Home Schooling”, Sebuah Alternatif Memperbaiki Kualitas Pendidikan
Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan budget yang ada ialah dengan menjadikan homeschooling termasuk sebagai sistem pendidikan formal. Menurut Permendikbud Nomer 129 tahun 2014, sekolah rumah (home schooling) berarti proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dikerjakan oleh orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas di mana proses pembelajaran bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan biar setiap potensi peserta didik yang unik bisa berkembang dengan cara optimal. Permendikbud ini pun menyebutkan bahwa peserta sekolah rumah berhak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi sesudah lulus dari ujian kesetaraan (Paket A, B atau C).
Menurut Permendikbud Nomer 129 tahun 2014, ada 3 jenis bentuk rumah sekolah yang bisa diadakan oleh keluarga Indonesia.
1. Sekolah rumah Tunggal yaitu layanan pendidikan berbasis keluarga yang dijalankan oleh orangtua dalam satu keluarga untuk peserta didik dan tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan sekolah rumah tunggal lainnya.
2. Sekolah rumah Komunitas ialah kelompok belajar berbasis gabungan sekolah rumah majemuk yang mengadakan pembelajaran bersama berdasarkan silabus, fasilitas belajar, waktu pembelajaran, dan bahan ajar yang di susun bersama oleh sekolah rumah majemuk buat anak-anak, termasuk menentukan beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi olahraga, seni atau musik, bahasa dan lainnya.
3. Sekolah rumah Majemuk ialah layanan pendidikan berbasis lingkungan yang diadakan oleh orangtua dari 2 (dua) atau lebih keluarga lain dengan menekuni 1 (satu) atau lebih kegiatan pembelajaran bersama dan kegiatan pembelajaran inti tetap dikerjakan dalam keluarga.
Yuks ikut Program Homeschooling Erraedu
Kenapa homeschooling?
Ada sebagian alasan kenapa pemerintah perlu mendukung program homeschooling yang mulai berkembang di Indonesia.
1. ‘Melepas’ siswa dari keluarga yang punya status ekonomi menengah ke atas biar tidak tergantung pada pemerintah
Menurut Lampiran Permendikbud Nomer 161 tahun 2014, Program BOS yang di luncurkan oleh pemerintah pada tahun 2005 ini bertujuan untuk:
- Membebaskan pungutan untuk semua peserta didik SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SD-SMP Satap/SMPT negeri terhadap biaya operasi sekolah.
- Membebaskan pungutan semua peserta didik miskin dari semua pungutan dalam bentuk apa pun, baik di sekolah swasta ataupun negeri.
- Meringankan beban biaya operasi sekolah buat peserta didik di sekolah swasta.
Pada saat ini, dana BOS yang di peruntukkan oleh siswa miskin, faktanya banyak di nikmati oleh kalangan menengah ke atas yang secara sisi finansial bisa untuk membiayai sekolah nya sendiri tanpa mengandalkan bantuan BOS dari pemerintah. Begitu banyak kita temukan bahwa sekolah-sekolah negeri di Indonesia banyak di isi oleh para murid yang ‘mentereng’ yang biasa menenteng laptop dan gadget canggih yang harga nya tentunya saja mahal ke sekolah. Gaya hidup banyak siswa di sekolah negeri yang cenderung elegan, membuat para siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu minder. Sampai banyak para orang-tua yang lebih memilih untuk menyekolahkan anak nya ke sekolah swasta yang berbiaya murah (low cost private school).
Suka berkompetensi antara satu sama lain merupakan sifat yang dipunyai oleh sebagian besar manusia di muka bumi ini. Secara manusiawi, satu orang mau menjadi lebih baik dibandingkan orang-orang disekelilingnya. Maka apabila para orang-tua lebih menentukan untuk melakukan homeschooling untuk anak-anaknya, jumlah siswa dari kalangan menengah ke atas akan berkurang. Jadi, keluarga yang tidak mampu akan bisa ‘kembali’ ke sekolah negeri yang fasilitasnya terbukti lebih baik ketimbang sekolah swasta murah.
Pihak swasta yang ‘di tinggalkan’ oleh murid-muridnya, mau tidak mau akan melecut sekolah buat mempunyai fasilitas yang paling tidak sebanding dengan sekolah negeri. Jadi dana BOS yang selama ini pemerintah luncurkan bisa tepat sasaran.
Menurut data.go.id, jumlah guru di Indonesia pada tahun 2012 menjangkau 2.464.425 orang. Itu belum termasuk guru honorer yang perekrutannya diserahkan sepenuhnya pada tingkat satuan pendidikan masing-masing. Apabila kalangan menengah ke atas mulai ‘meninggalkan’ sekolah, para guru pun akan berkurang. Para honorer yang mungkin kehilangan pekerjaannya akibat homeschooling, dapat menjadi tutor yang mengajar anak-anak homeschooling. Dengan begitu, guru akan senantiasa di tuntut buat menjalani inovasi supaya dia bisa bersaing di lapangan.
2. Anak-anak yang homeschooling terbukti mempunyai kemampuan akademik yang lebih tinggi ketimbang anak yang menghabiskan waktu di sekolah
Sekolah itu menyenangkan buat anak bila guru tidak berada di kelas atau hari libur sebentar lagi tiba. Sisanya, anak lebih banyak mengeluh disebabkan banyak PR, ulangan / tugas. Ditambah dengan les tambahan atau ekstrakurikuler yang mesti mereka ikuti sesudah jam sekolah selesai. Situasi ini tidak jauh berbeda dengan yang di alami oleh para siswa di Korea Selatan, Jepang maupun Singapura. Memang sistem ‘belajar rodi’ yang di terapkan oleh ke tiga negara itu terbukti dapat mengantarkan mereka ke posisi tertinggi dalam peraihan nilai PISA. Akan tetapi, depresi atau kasus bunuh diri sering terjadi karena siswa mengalami beban belajar yang begitu tinggi.
Apabila mau meraih nilai akademik yang tinggi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan, homeschooling dapat menjadi tempat di mana anak mendapatkan pengetahuan secara kondusif. Kurikulum dan model belajar yang ada dapat di modifikasi di sesuaikan dengan potensi dan minat anak buat setiap anak.
3. Dengan homeschooling, anak-anak di latih untuk mengembangkan kapasitas anak
Brian D. Ray (2015) dalam hasil penelitiannya di Amerika Serikat yang berjudul ‘Research Facts on Homeschooling’ menyebutkan bahwa:
– Anak yang belajar di rumah umumnya mendapatkan nilai 15 sampai 30% lebih tinggi ketimbang anak yang belajar di sekolah negeri dalam ujian.
– Nilai siswa homeschooling di atas rata-rata tes tanpa memandang level pendidikan dan income keluarga.
– Peraturan terkait homeschooling dan tingkat pengawasan negara tidak berhubungan dengan pencapaian akademik siswa.
– Tidak ada kaitan antara kemampuan akademik anak dengan orang-tua punya kualifikasi buat mengajar atau tidak.
– Makin banyak siswa homeschooling yang di terima oleh perguruan tinggi.
– Anak yang belajar di rumah umumnya mendapatkan nilai di atas rata-rata dalam test SAT dan ACT sebagai persyaratan untuk masuk perguruan tinggi.
Apabila selama ini sekolah cuma melahirkan generasi robot, homeschooling bisa mencetak anak yang mempunyai kreatifitas dan kemampuan berpikir kritis tinggi. Pendidikan seyogyanya lingkungan yang mendukung manusia menjadi manusia. Contohnya, ketika anak mau di ajarkan berkenaan hewan. Bila disekolah formal, anak mungkin cuma di beri gambar bagian badan seekor hewan saat guru mau mengajari berkaitan anatomi hewan.
Gambar itu selanjutnya diterangkan secara detail dari mulai nama bagian badan, nama latinnya sampai fungsi dari masing-masing anggota badan itu. Pada saat ulangan/ujian, anak di tuntut untuk hafal setiap nama bagian anggota badan hewan lengkap dengan nama latinnya dan manfaatnya. Dalam homeschooling, anak dapat di perlihatkan langsung hewan yang di kehendaki. Orang tua bisa ajak anaknya ke peternakan, museum hewan / kebun binatang contohnya untuk mengenalkan berkenaan anatomi hewan. Belajar akan lebih menyenangkan dan anak akan lebih mau mencaritahu lebih banyak tanpa adanya tekanan.
4. Menyeimbangkan antara teori dan life-skills
Banyak kasus / keluhan yang di sampaikan banyak orang tua atau lulusan sekolah yang menganggap mereka tidak ‘siap’ untuk menjadi generasi penggerak saat terjun ke tengah-tengah warga. Model belajar yang bertumpu pada hafalan terbukti tidak berhasil menyiapkan anak dalam menghadapi rintangan global yang makin bersaing pada saat ini.
Homeschooling dapat mengenalkan anak pada ‘dunia nyata’ bahkan juga dikala mereka masih belajar. Lantaran teori yang mereka bisa di barengi oleh pembelajaran life-skills yang mengajari mereka untuk mengaplikasikan apa yang mereka bisa kedalam kehidupan mereka sehari-hari. Telah waktunya pemerintah lebih memfokuskan pada pembelajaran materi yang betul-betul di perlukan ditengah warga dan bukan hanya sekadar teori ‘pepesan kosong’ yang menjadikan lulusan tidak siap.
5. Mengurangi ‘juvenile delinquency’
Narkoba, tawuran, sex bebas atau kekerasan pada guru sering mewarnai halaman-halaman media berita di Indonesia. Kejadian ini membuktikan pendidikan di Indonesia tidak berhasil melahirkan pribadi yang mempunyai ‘akhlakul karimah’. Pengawasan yang kendor menjadi salah satu disebabkan kenapa kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat. Bahkan juga banyak kasus yang terjadi di lingkungan sekolah waktu jam belajar masih berlangsung. Guru di sibukkan buat mengejar sertifikasi atau mengerjakan administrasi yang pada hakikatnya tidak menyumbang apa pun pada perbaikan siswa.
6. Mengembalikan fungsi ibu sebagai madrasah pertama dan utama
Allah SWT berfirman dalam Q.S. an-Nisa ayat 9 yang artinya:
“Dan hendaklah mereka takut kepada Allah seandainya mereka meninggalkan sepeninggal mereka anak keturunan yang lemah. Hendaklah mereka khawatir terhadap mereka.”
Homeschooling dapat mengoptimalkan peran ibu jadi madrasah pertama dan utama. Ibu yang pintar berpotensi buat melahirkan anak yang pintar pula. Maka untuk menyiapkan generasi yang unggul, seorang ibu pun mesti mempunyai bekal ilmu yang cukup. Banyak yang berasumsi bahwa apabila sebuah keluarga menentukan buat homeschooling anak-anaknya, maka guru anak nya yaitu ibunya.
Akan tetapi, itu sebetulnya tidak seutuhnya benar. Dikarnakan sejatinya, ibu berperan menjadi kepala sekolah yang memastikan anak didiknya melakukan kurikulum individu dengan cara optimal dalam lingkungan belajar yang kondusif. Generasi qurrata a’yun bisa digapai bila ibu dapat menjalankan pengawasan secara penuh pada pendidikan anak-anaknya.
Homeschooling bisa menjadi jawaban dari kebuntuan dari kebingungan pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Alih-alih menjalani bongkar pasang kurikulum atau kebijakan ujian nasional, homeschooling bisa hadir sebagai alternatif dalam mengoptimalkan penggunaaan budget pendidikan di negeri kita tercinta ini.
Yuks ikut Program Homeschooling Erraedu
Perbedaan Homeschooling dengan Sekolah Formal Lainnya
1. Kurikulum Pembelajaran
Pada dasarnya kurikulum pembelajaran homeschooling itu lebih menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran anak, bisa mengikuti kurikulum sekolah formal atau kurikulum luar negeri.
Sedangkan pembelajaran sekolah formal pasti mengikuti kurikulum yang telah di tentukan oleh Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional.
2. Fasilitas dan Tempat Pembelajaran
Sekolah formal umumnya mempunyai keperluan dan fasilitas belajar yang lengkap yaitu seperti lab kimia, lapangan olah raga, laboratorium bahasa, bahkan juga hingga kolam renang!
Selain itu, fasilitas dan tempat pembelajaran sekolah otodidak tidak akan jauh dari lingkungan rumah Anda, dengan perlengkapan dan fasilitas yang tentu terbatas.
3. Jadwal Belajar dan Guru / Penanggung Jawab Sekolah
Seperti yang telah diulas, jadwal belajar homeschooling lebih fleksibel, bergantung pada anak dan orangtua, tidak seperti sekolah formal yang umumnya lebih ketat.
Guru dan penanggung jawab sistem pembelajaran homeschooling pun cuma mengandalkan keluarga / orangtua, berbeda dengan sekolah yang mengandalkan guru.
Kelebihan Homeschooling
1. Bebas Memilih Tempat Belajar
Dikarnakan waktunya yang fleksibel, Anda dapat memilih tempat belajar buat anak-anak Anda.
Anda dapat menentukan tempat yang mempunyai latar belakang edukasi seperti museum, perpustakaan, atau juga di alam terbuka seperti taman.
Para periset membuktikan jika pergantian pemandangan dikala belajar bisa mengurangi rasa jemu dan menstimulasi otak anak dikala sedang belajar, maka mereka lebih fokus.
2. Fleksibilitas Belajar
Seperti yang telah kita tahu, waktu belajar sistem homeschooling lebih fleksibel.
Pasalnya , sekolah formal mengambil hari belajar dari hari senin hingga jumat (kadang hingga sabtu) dengan jam pembelajaran dari mulai jam 7 pagi sampai 3 sore.
Sementara waktu belajar homeschooling lebih di sesuaikan dengan jadwal anak dan orangtua sesuai dengan kesibukan ke dua pihak.
3. Pergaulan Lebih Terawasi
Berbeda dengan sekolah formal, dalam sistem homeschooling, orangtua langsung turun tangan dalam dunia belajar anak.
Artinya, Anda sebagai orangtua akan bisa mengawasi perkembangan anak Anda dengan cara langsung, termasuk pergaulan mereka.
Dengan pengawasan yang langsung, anak Anda akan terhindari dari pergaulan bebas.
4. Perkembangan Bakat Anak Cenderung Lebih Cepat
Anak yang belajar dengan sistem homeschooling cenderung lebih mandiri dan fokus terhadap pembelajaran yang mereka jalani.
Ini karena orangtua dan anak bisa memilih waktu, topik pembelajaran, dan durasi belajar, dan menyesuaikannya dengan minat, bakat, dan cara belajar anak.
SEJARAH HOME SCHOOLING
Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya home schooling yaitu manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar, kita tak perlu di tunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar yaitu beberapa orang yang berupaya menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Di dorong oleh filosofi itu, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas berkenaan pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak dipastikan oleh minimnya usaha pada sistem sekolah, akan tetapi sebab oleh sistem sekolah tersebut.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor menjalani riset tentang kecenderungan orangtua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education).
Riset mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum umur 8 hingga 12 tahun bukan hanya tidak efektif, akan tetapi memang juga berakibat buruk untuk anak-anak, terutama anak-anak laki-laki dikarnakan keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono dalam Simbolon, 2008).
Sesudah pemikiran-nya terkait kegagalan sistem sekolah mendapatkan respon luas, selanjutnya Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini memperoleh sambutan hangat dari banyak orang-tua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang di beri nama Growing Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore selanjutnya menjadi pendukung dan konsultan penting home schooling. Sesudah itu, home schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Tidak hanya disebabkan alasan kepercayaan (beliefs), pertumbuhan home schooling pun banyak di picu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LAHIRNYA HOME SCHOOLING
- KEGAGALAN SEKOLAH FORMAL
Kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu untuk keluarga-keluarga di Indonesia ataupun di mancanegara buat mengadakan home schooling sebab di nilai bisa menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
- SOSOK HOME SCHOOLING TERKENAL
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menekuni sekolah formal pun menyebabkan timbulnya home schooling. Contohnya Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, dan tokoh dalam negeri seperti Ki Hajar Dewantara dan K.H. Agus Salim.
- TERSEDIANYA SARANA PENDUKUNG
Perkembangan home schooling ikut di picu oleh perkembangan fasilitas dan sarana. Fasilitas itu di antaranya yaiyu Fasilitas sosial (panti asuhan, taman, rumah sakit), Fasilitas umum (stasiun, taman, jalan raya), Fasilitas tehnologi dan info (internet dan audiovisual), Fasilitas bisnis (pameran, mall, perkebunan, restoran, sawah, pabrik), Fasilitas pendidikan (museum, perpustakaan, lembaga penelitian).
4. KURIKULUM DAN MATERI PEMBELAJARAN HOME SCHOOLING
Kurikulum pembelajaran homeschooling ialah kurikulum yang di desain sendiri tapi tetap mengacu pada kurikulum nasional. Riset yang dijalankan oleh Dr. Bryan Ray menunjukkan bahwa mayoritas home schoolers (71%) memilih sendiri materi pembelajaran dan kurikulum dari kurikulum yang ada, selanjutnya menjalani penyesuaian biar sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi keluarga. Disamping itu, 24% di antaranya memakai paket kurikulum lengkap yang di beli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi ajar. Sekitar 3% memakai materi dari sekolah satelit (partner homeschooling) atau program khusus yang dilaksanakan oleh sekolah swasta setempat.
KESIMPULAN
Homeschooling bisa di jadikan sebagai pendidikan alternatif untuk warga yang tidak merasa cocok dengan kurikulum pendidikan formal seperti kurangnya penekanan pada pendidikan keimanan ataupun materi ajar yang padat dan kemauan untuk meluangkan waktu yang lebih banyak bersama dengan anaknya. Keberadaan homeschooling sebagai pendidikan alternatif di Indonesia sangatlah penting mengingat fleksibilitas homeschooling yang bisa dilaksanakan oleh siapapun, dimanapun, dan kapan saja.
SARAN
Bagi orangtua yang merasa sistem pendidikan formal kurang bisa memenuhi keperluan anak-anaknya, homeschooling ini bisa di jadikan sebagai salah satu solusi. Lantaran banyak juga kegunaan yang bisa di rasakan melalui homeschooling ini, khususnya bagi anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Tipe pembelajaran yang dilaksanakan oleh homeschooling ialah tipe pembelajaran humanisme. Anak diberikan kebebasan buat bisa mengaktualisasikan diri dengan bebas tanpa tekanan dari lingkungan. Dalam jenis pembelajaran ini, anak di tuntut buat berpikir induktif. Pembelajaran yang lebih mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatkan aktif oleh anak dalam proses pembelajaran.
Yuks ikut Program Homeschooling Erraedu
Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling Erraedu yaitu terdapatnya kelenturan fleksibilitas. Maka tidak bisa kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Apabila terlalu di susun dalam kurikulum yang baku maka homeschooling malah akan kehilangan makna utamanya.
Erraedu percaya bahwa ketika potensi dan minat anak-anak di observasi dan di arahkan sedini mungkin, maka mereka akan mendapat pencapaian yang terbaik sesuai dengan potensi dan minat mereka di masa depan. Kita menganabisa logikannya dengan 2 anak yang punya minat, potensi dan keterampilan yang sama akan tetapi memperoleh porsi latihan yang berbeda. Maka yang terjadi ialah siswa yang mendapat pelatihan dari kecil akan mendapatkan prestasi yang lebih hebat dibanding dengan siswa yang baru meraih pelatihan di umur remaja.
Tentang Kami
Visi Misi dan Tujuan Fikar School
Visi
Terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter sesuai potensi kemanusiaan.
Misi
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang menyadari bahwa mereka punya keunikan dan kelebihan didalam potensi mereka masing-masing.
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat dan berbudi pekerti luhur.
- Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berjiwa leadership, entrepreneurship dan religious.
Tujuan
- Menghasilkan lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berjiwa entrepreneur,punya wawasan luas, punya disiplin dan etos kerja dan dapat bersaing di tingkat internasional.
- Meningkatkan ilmu pengetahuan, tehnologi, seni dan budaya untuk mendorong pembangunan bangsa
- Menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Menentukan buat menempuh pendidikan homeschooling sesungguhnya susah-susah gampang. Apabila menempuh pendidikan homeschooling, semua nya memang berkesan lebih gampang.
Anak tidak perlu repot bangun pagi dan buru-buru pergi ke sekolah. Orang tua pun tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli seragam dan transportasi anak.
Disamping itu, jam belajar anak pun begitu fleksibel dan dapat di atur sesuai dengan keperluan masing-masing. Terdengar sangat menyenangkan?
Namun, tunggu dulu. Untuk orang tua yang mendaftarkan anak nya ke homeschooling, hal ini dapat berubah jadi pedang bermata 2 apabila tidak berhati-hati. Salah-salah, pendidikan anak bisa jadi terbengkalai dikarnakan minimnya komitmen kedua belah pihak.
Untuk menyiasati hal ini, berbagai lembaga homeschooling yang menyediakan jasa kurikulum dan guru tambahan pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Supaya tidak bingung, kumparan menyediakan sederet daftar homeschooling terbaik di Jabotabek yang dapat kamu jadikan pilihan!
Program homeschooling erraedu di tujukan buat jenjang pendidikan dari mulai SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).
Program kurikulum Homeschooling Erraedu memakai kurikulum nasional. Disamping itu siswa dan siswi pun memperoleh materi akademis dan juga memperoleh pendampingan tumbuh kembang Anak.
Tempat Pendaftaran Homeschooling di Jln. Cucok Rowo, Jaka Setia Bekasi Hubungi 081286319310.